Ramai #UninstallBukaLapak dan Bagaimana Seharusnya CEO Tech Company Bersikap di Tahun Politik

Sebuah cuit singkat yang secara lugas membandingkan dana RnD (Research and Development) tiap negara dari akun twitter CEO Bukalapak, Achmad Zaky menuai polemik.

Cuitan yang sebenarnya baik karena menuntut harapan akan diprioritaskannya dana Riset dan Pengembangan (RnD) di Indonesia yang menurut data dari cuit CEO Bukalapak tersebut cukup miris karena hanya USD 2 Milyard ternyata mengundang kontroversi dikalangan netizen indonesia.

Bukan karena datanya yang dipermasalahkan atau kritiknya terhadap pemerintah, melainkan ada kalimat “Mudah2an Presiden Baru Bisa Naikin” yang merujuk pada panasnya kontestasi pilpres di Indonesia.

bukalapak,achmad zaky,presiden baru
Tweet Achmad Zaky

Netizen Indonesia, terutama pendukung petahana (incumbent) langsung meradang, mereka langsung menghakimi cuitan dari Ahmad Zacky tersebut partisan, karena dengan tegas ada frasa “Presiden Baru” yang dianggap merujuk pada Prabowo Subianto, lawan petahana Presiden Joko Widodo.

Jagad dunia maya langsung gempar karena belum lama ini Bukalapak seperti di endorse oleh Jokowi melalui publikasi dunia maya dan juga Presiden Jokowi hadir langsung dalam acara ulang tahun bukalapak.


Karena hal itu pula, kemarahan netizen kubu petahana makin menjadi-jadi, mereka menuding Achmad Zaky selaku CEO Bukalapak.com tidak tau terimakasih bahkan terkesan menusuk dari belakang karena belum lama diberikan tempat dan kehormatan oleh orang nomer satu Indonesia, malah melalui cuit Achmad Zaky itu terkesan meng-endorse “Presiden Baru” yang buru-buru di klarifikasi olehnya sebagai “bisa siapa saja, bisa juga presiden jokowi saat ini (sebagai presiden baru yang ia maksud)”

Muncul Gerakkan #UninstallBukaLapak

Melalui akun twitter yang sama di @achmadzaky sebenarnya telah minta maaf, terutama kepada pendukung jokowi karena ada kata-kata yang kurang berkenan, ia juga telah menghapus cuitan yang mengundang kontroversi tersebut.

 

Namun ibarat pepatah, nasi sudah menjadi bubur, tangkapan layar atau screenshot dari cuitannya sudah mendadak viral dan netizen kubu petahana sudah terlampau geram. Akhirnya muncul tagar   #UninstallBukaLapak yang menginisiasi gerakkan untuk tidak lagi menggunakan bukalapak, melakukan uninstall (hapus aplikasi dari HP), bahkan lebih ekstrimnya mengkampanyekan untuk memberikan rating satu bintang pada ulasan (review) aplikasi mobile bukalapak di Playstore ataupun Applestore.

Netizen Partisan sama-sama Tukang Boikot

Aneh tapi nyata memang tingkah netizen partisan di tahun politik ini, mereka cenderung reaktif bahkan over-reactive terhadap beragam isu yang ditenggarai mendukung lawan politiknya atau memiliki pandangan politik yang bersebrangan.

Masih ingat dengan kasus sari roti yang sempat diboikot oleh netizen yang anti terhadap petahana gubernur DKI Jakarta saat itu, Basuki Tjahja Purnama yang saat itu masih karib dipanggil Ahok? saat itu sari roti mengeluarkan pernyataan bahwa tidak memiliki tendensi politik apapun saat merespon viralnya foto gerobak sari roti pada aksi 212.

Lalu berlanjut pada aksi uninstall Traveloka karena saat itu Derianto Kusuma selaku co-founder Traveloka dijadwalkan untuk menerima penghargaan dari Kolese Kanisius. Kabar burung yang beredar mengatakan kalau pendiri dan CTO Traveloka Derianto Kusuma disebut mendukung aksi walk out saat Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan sedang berpidato di acara peringatan HUT ke-90 Kolese Kanisius. Belakangan diketahui ia malah tidak hadir di lokasi saat kejadian tersebut.

Sekarang giliran Bukalapak yang mengalami kerasnya iklim politik pilpres, namun kali ini dilakukan oleh kubu petahana, dua kasus diatas dilakukan oleh kubu yang bersebrangan dengan petahana.

Bagaimana Seharusnya CEO Startup Bersikap di tahun politik?

Ada kutipan tak resmi dari politik yang menyatakan kalau “Esensi politik sebenarnya adalah baku hantam, baik itu gagasan, hingga kepalan tangan!” jadi alamnya politik memang alam pertentangan, alam persaingan terbuka dan kontestasi yang diharapkan menemukan kebaikan diujungnya dari hasil konflik gagasan.

Melihat aspek politik yang selalu ada pihak pro maupun yang kontra, pendukung maupun penantang, lovers maupun haters, maka sebaiknya jajaran direksi apalagi CEO sebuah perusahaan yang merepresentasikan perusahaan tersebut, ada baiknya menahan dari dari komentar-komentar yang bernada partisan.

Apalagi jika perusahaan tersebut adalah perusahaan yang memiliki basis komunitas yang kuat, apakah itu berjenis B2C (Business to Consumer) atau malah C2C (Consumer to Consumer), alasan sederhana nya adalah bisnis yang membutuhkan dukungan dari komunitas yang kuat harus mengayomi segala preferensi penggunanya. SARAP (Suku Agama Ras Antar Golongan Pandangan Politik) merupakan isu yang terlalu sensitif untuk dijamah.

Achmad Zaky yang menurut Globe Asia memiliki estimasi harta hingga Rp. 1.5 T seharusnya sadar akan hal tersebut, beliau bukan lagi seorang aktivis kampus dan bukan juga tim kampanye partai atau presiden tertentu, ia harus berdiri dan mengayomi semua golongan.

Bagaimana jika sudah terlanjur? diam adalah cara yang terbaik untuk tidak kembali memantik polemik dan kontroversi. Masyarakat Indonesia cenderung mudah lupa dan teralihkan oleh isu lainnya, ada baiknya Achmad Zaky atau direksi manapun yang terjebak pada situasi yang sama untuk tidak membahas lagi kesalahan karena dianggap partisan tersebut.

Setelah sentimen dan isu mulai mereda, Bukalapak perlu memberikan insentif promosi atau event kepada pengguna setia mereka untuk terus menggunakan aplikasi atau mengambil kembali hati pengguna mereka yang sebelumnya telah melakukan uninstall. Apakah promo flash sale atau promo berjenis mirip undian berhadiah seperti halnya flash sale mini cooper yang jatuh pada pengemudi ojek online beberapa waktu lalu akan memulihkan brand bukalapak saat ini.

Faris Biladi,

Digital Behaviour Enthusiast | Kontak: [email protected]

Comments

comments