Qlapa Pasar Online untuk Kerajinan Tangan di Indonesia

Being an entrepreneur was all Benny Fajarai knew. “I guess it comes naturally in a Chinese family,” he laughs. “You don’t think of working with somebody else, you start your own business.”
Menjadi seorang pengusaha merupakan hal yang alami dalam keluarga Tionghoa, kata BEnny Fajarai sambil tertawa. “Tidak kepikiran untuk bekerja dengan orang lain, langsung memulai usaha sendiri”, tambahnya. Benny memulai perusahaan teknologinya langsung setelah ia lulus kuliah di tahun 2012. Perusahaan tersebut bernama Kreavi, sebuah portfolio baginya sekaligus portal bagi kelas kreatif di Indonesia. Awal tahun ini, Kreavi telah mencapai titik kedewasaan yang mana Benny merasa sudah saatnya untuk menyerahkannya pada investor atau agensi supaya ia dapat fokus pada ide lain.
Salah satu ide yang telah terwujud adalah Qlapa, setelah Benny melihat adanya kesempatan besar di pasaran kerajinan tangan di Indonesia. Baru sedikit perusahaan lokal yang menggeluti bidang ini dengan dedikasi tinggi. Sebagai bandingan, Thailanf memiliki Bisby dan India memiliki Craftsvilla. Namun, sekalipun Indoensia memiliki tradisi kuat dalam pembuatan kerajinan tangan, belum ada media online yang dapat membantu penjual dan pembeli dalam bertransaksi kerajinan tangan.
Menurut Benny, ukuran pasarnya cukup besar. Ia menyadari bahwa pasar kerajinan tangan dan furnitur lokal dapat diestimasikan sebesar US$20 milyar. Perkiraan ini sudah termasuk produk rumah tangga dan benda tradisional, seperti perangkat doa dan pemujaan.
Trend
Indonesia sangat terpengaruh dengan trend dunia internasional, tambah Benny. Apa yang dianggap keren dan nge-trend di Amerika atau Korea, lama-lama akan sampai ke Indonesia. “Anak muda sekarang ini melihat nilai budaya sebagai selling point“. Dahulu, produk lokal dipandang sebagai produk dengan kualitas rendah. Namun, sekarang sudah sering diadakan bazaar dan pameran untuk kerajinan tangna dan produk-produk unik lainnya. Persepsi masyarakat dapat dikatakan sudah berubah.
Langkah Awal
Qlapa sudah berjalan sejak November dan ia megklaim sudah menarik minat sekitar 1000 penjual yang kesemuanya menawarkan sekitar 10.000 variasi produk. Namun, Benny belum dapat membagikan ada tidaknya permintaan yang kentara untuk produk-produk tesebut. Yang terlihat adalah, pada hari pertama Qlapa beroperasi, seorang pembeli telah membeli 28 tas. Benny melihat ini sebagai pertanda baik karena salah satu tujuan Qlapa adalah menarik minat pembeli dan re-seller yang membeli dalam jumlah besar.
Tantangan
Qlapa tentunya memiliki beberapa tantangan yang harus dihadapi di Indonesia. Salah satunya adalah Craftline, sebuah pasar mirip Etsy yang mengkhususkan kerajinan tangan. Namun, Benny percaya bahwa Qlapa sudah melampaui mereka dalam beberapa bulan. Ia sudah melihat Qlapa di panggung yang sama dengan Tokopedia dan Bukalapak.
Salah satu titik Qlapa yang menonjol adalah ketelitian. Qlapa menyediakan pengalaman belanja yang menyenangkan untuk mereka yang menjari benda-benda unik daripada benda yang murah dan biasa. Benny mengatakan bahwa proses jual beli di Qlapa lebih menekankan pada emotional buying, di mana pihak Qlapa menceritakan produk tersebut melalui media sosial dan menggunakan marketing yang out of the box. Lama kelamaan, pembeli akan mengapresiasi jenis produk ini yang berada pada tingkat antar low end dan barang mewah bermerk.

Cari Info Digital & Teknologi Lebih Banyak:
Latest Comments