NASA: Jupiter Memiliki Badai Paling ‘Gila’

shopee,boostr,tools,shopee tools,shopee booster

Teknonisme.com – Pesawat luar angkasa NASA Juno telah mengumpulkan data baru mengenai misinya ke Jupiter yang mengungkapkan beberapa misteri dalam planet gas raksasa tersebut yang berputar-putar menyerupai badai. Jupiter, menurut NASA, memiliki siklus badai yang paling aneh yang diamati sampai saat ini, dengan pola pembentukan yang belum pernah terlihat di tempat lain.

Juno diluncurkan pada tahun 2011 dan memasuki orbit Jupiter pada tahun 2016. Ia terbang sekitar 4.000 kilometer di atas awan dan dapat zip dari kutub ke khatulistiwa dalam waktu sekitar dua jam.

Foto terbaru yang diambil dari pesawat luar angkasa NASA Juno mengungkapkan, siklon tersembunyi Jupiter di bagian kutubnya. Di kutub utara Jupiter, delapan badai berputar mengelilingi badai lain di tengah, dan di kutub selatannya, lima badai lain mengelilingi pusaran sentral. Daerah ini biasanya tidak terlihat dari Bumi karena kemiringan aksial planet tersebut yang rendah.

Sebelumnya ada studi ekstensif tentang permukaan planet helium dan hidrogen, namun sekarang pengukuran gravitasi yang dikumpulkan oleh Juno menunjukkan bahwa lapisan luar planet yang bergejolak ini meluas sampai kedalaman 1.900 mil (3.000 kilometer).

“Galileo melihat garis-garis di Jupiter lebih dari 400 tahun yang lalu,” Yohai Kaspi, Juno co-investigator dari Weizmann Institute of Science, Rehovot, Israel, dan penulis utama sebuah makalah Nature di lapisan cuaca Yupiter, seperti dikutip pada situs web NASA, Kamis (8/3).

“Sampai saat ini, kami hanya memiliki pemahaman yang dangkal tentang mereka dan telah mampu menghubungkan garis-garis ini ke fitur awan di sepanjang jet Jupiter. Kini, setelah pengukuran gravitasi Juno, kita tahu seberapa dalam jet dan strukturnya ada di bawah yang terlihat awan,” kata Kaspi, yang membuat kemajuan untuk pengambilan gambar di antariksa dari gambar 2-D ke versi 3-D agar terdefinisi lebih tinggi.

kutub utara Jupiter
Delapan vortisitas yang lebih kecil mengelilingi yang lebih besar di tengah diambil di kutub utara Jupiter (Foto: NASA)

Hasilnya telah dianalisis dalam makalah yang terbit di Nature, Rabu (7/3) lalu. Ini adalah satu dari empat makalah yang dipresentasikan dalam jurnal ilmiah yang merinci bagian Jupiter yang berbeda, termasuk cluster siklon, medan gravitasi, interior, dan suaranya.

Morgan O’Neill, rekan penulis makalah topan dan Sarjana Postdoctoral di University of Chicago, mengatakan, “Jupiter merupakan planet dengan pengaturan yang sangat stabil dari unsur-unsur kacau seperti itu. Kami belum pernah melihat yang seperti ini,” sebagaimana dikutip The Register, Kamis (8/3).

BACA JUGA:

Para ilmuwan berharap temuan dari misi yang sedang berlangsung, yang telah dipublikasikan di empat makalah di Nature, akan memperbaiki pemahaman tentang struktur interior Jupiter, massa inti dan, pada akhirnya, asal-usulnya Jupiter itu sendiri.

Di antara penemuan misi tersebut adalah bahwa siklon besar yang mengelilingi kutub utara dan selatan Jupiter memiliki atmosfer yang tetap dan tidak seperti planet lain di tata surya kita, kata laporan NASA tersebut.

Morgan menunjuk pada perilaku serupa yang muncul pada tahun 1990an, ketika sekelompok fisikawan menggunakan elektron untuk memodelkan gerak cairan 2-D yang kacau dan gesekan saat mendingin. Eddies kecil akan berkumpul bersama untuk membentuk “kristal vorteks” di sekitar sebuah pusat.

Sifat siklis tergantung pada efek coriolis. Ketika massa bergerak pada tubuh yang berputar, ia mengalami gaya yang bertindak tegak lurus dari gerakannya dan dari sumbu rotasi. Di makalah lain, memperkirakan atmosfer bergolak Jupiter melibatkan sekitar 1 persen dari total massanya.

Tidak diketahui bagaimana badai ini menahan bentuknya tanpa saling menyatu. Bagaimana mereka memulai dan berevolusi ke konfigurasi saat ini juga tidak jelas. Pada kedua kutub, siklon dikunci dalam formasi poligonal. Kutub utara memiliki struktur oktahedron, dan kutub selatan memiliki bentuk pentagon.

“Ini benar-benar hasil yang menakjubkan, dan pengukuran masa depan oleh Juno akan membantu kita memahami bagaimana transisi bekerja antara lapisan cuaca dan tubuh yang kaku di bawah di Jupietr,” kata Tristan Guillot, seorang penyidik ​​Juno dari Université Côte d’Azur, Nice , Prancis, dan penulis utama makalah yang membahas interior dalam Jupiter, sebagaimana dikutip CNN, Kamis (8/3).

“Penemuan Juno memiliki implikasi bagi dunia lain di tata surya kita dan sekitarnya,” tutup Tristan.

Baca juga artikel menarik lainnya terkait Tekno Umum atau informasi teknologi terkini lain di Teknonisme.

 


Cari Info Digital & Teknologi Lebih Banyak:

Comments

comments